Shaum hari ke 19

Saat ini saya sedang duduk di depan mesjid agung Ujung berung. Waktu menunjukan pukul 8.40 menit. Sinar mata hari pagi langsung menyapa saya. Hangat rasanya. Sudah lama saya tidak melakukan hal ini. Entah kapan terahir bisa duduk-duduk di depan mesjid Ujung berung pada pagi hari. Hal ini saya lakukan karena ternyata waktu janjian saya dan teman di undur dari jam 8 ke jam 9. Padahal sebelum jam 8 saya sudah sampai di tempat janjian.

Untuk mengisi waktu tadi saya ke bank BRI dulu untuk menukarkan uang receh buat lebaran. Ternyata BRI ujung Berung tidak menyediakan uang receh 2000 hanya menyediakan 5000. Ya ahirnya saya hanya menukarkan uang sebagian saja. Setelah dari bank ternyata masih ada waktu untuk sampai di jam 9 ahirnya duduk di depan mesjid sambil nulis dan online jadi pilihan.

Masij raya Ujung berung terletak sebelah kanan pasar tradisional dan alun-alun kecil. Bangunannya tidak terlalu besar mungkin sekitar 50 m x 60 m. Warna cat dominannya kuning pucat meski ada sedikit sentuhan coklat dan kusen jendela yang juga coklat. Mesjid ini berlantai putih dengan lantai pembatas shaf berwarna hijau. Bentuk Bagunannya tidak jelas bergaya arsitektur apa namun seperti mesjid pada umumnya berjendela besar dan banyak. Tempat parkir berada di sekeliling mesjid dengan area yang tidak terlalu luas.

Mesjid Ujung berung terletak dipinggir jalan raya yang biasa dilewati angkutan dalam dan luar kota. Arus kendaraan yang padat membuat suara gaduh. Aktifitas masyarakat yang melewatinya juga cukup ramai. Mulai dari yang berjalan kaki, naik motor juga mobil. Mungkin karena ada beberapa komplek yang terletak di belakang masjid ini dimana akses mereka untuk keluar masuk harus melewati mesjid sehingga mesjid ini selalu ramai. Belum lagi karena bersebelahan dengan pasar tradisional.

Sebenarnya pasar tradisional Ujung berung sudah tidak lagi nyaman untuk dikunjungi. Selain selalu macet juga bangunan lamanya membuat saya malas mengunjunginya. Sudah beberapa kali sebenarnya pasar ini mau di relokasi, tapi semua pedangan selalu bertahan. Saya jadi bingung kenapa sih kok seperti itu, padahal tempat baru yang yang akan dijadikan pengganti juga strategis. Padahal kalau sekiranya pasar itu pindah maka lalu lintas dan tata kota Ujung berung akan lebih indah dan bersih. Kata pihak pemkot sih area pasar tradisional tersebut akan dipakai untuk memperluas alun-alun dan taman kota.

Selama saya tinggal di Bandung timur masjd ini hanya saya kunjungi beberapa kali saja. Karena tidak ada yang menarik yang bisa saya nikmati di sini. Oh iya dulu sewaktu saya tinggal di Komplek Taruna sekitar 500 meter dari mesjid setiap pagi saya belanja di pasar tradisional dan sesekali saya mampir untuk ke tolilet mesjid. Hehe...cuma ke toilet aja. Saya berangkat habis subuh dengan naik motor untuk kemudian belanja bahan-bahan untuk saya masak di rumah.

Hari ini hari kedua saya tidak shaum. Kemarin siang sebelum shalat duhur, haid saya datang. Saya hanya sempat minum saja, karena anak saya selalu ingin bersama dan saya tidak memiliki kesempatan untuk makan. Sebenernya sih mending shaum. Tapi semoga tidak shaum ini juga merupakan sebuah bentuk ketaatan pada-Nya.

Hari ini rencananya saya akan berangkat ke Studi Wanita UI untuk memfotocopi beberapa tesis dan disertassi untuk melengkapi disertasi yang sedang saya garap. Beberapa judul yang akan difotocopy sudah saya tulis dan semoga saja metodologi penelitian saya lebih jelas dari kemarin. Karena promotor saya minta agar saya menuliskan sampai bab 3 dan setelah syawal nanti saya sudah bisa pergi ke lapangan. Sebenarnya setiap hari saya pergi ke lapangan, karena yang saya teliti adalah perempuan korban yang saya dampingi di P2TP2A. Ya biar sajalah memang desain riset saya belum jelas dan untuk memperjelaslah saya berangkan ke UI hari ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Aksi-Refleksi Bersama Bloom

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue