shaum hari ke 12

Perubahan hormonal menjelang haid membuat perasaan campur aduk. Kalau diperhatikan skema campur aduknya sebenarnya ada benang merah yang terlihat yaitu menjadi sensitif dan melankolis. Kupakai pengetahuanku tentang kesehatan reproduksi untuk memahami mau tubuhku. Tentu agar semuanya tidak menjadi batu sandungan dalam melakukan semua aktiiftas keseharian.

Ya setidaknya saat perasaan campur aduk itu muncul aku sudah siap menggunakan pikiranku untuk menciptakan perasasaan tandingan yang menyenangkan. Dengan membayangkan hal yang menyenangkan yang akan kujalani ke depan berharap menjadi sugesti agar kelak hal menyenangkanlah itulah yang terjadi.

Subuh ini setelah sahur saya tadinya hendak meresensi sebuah buku yang sudah selesai dibaca. Buku tersebut hadiah dari seorang sahabat. Saat mencari gambar buku tersebut di google ternyata pengarangnya sudah meninggal dunia. Saya terpaku dan tak memiliki kata untuk menulisakan apa pun. Rasa sedih mengingat saya adalah salah satu penggemar karya-karya beliau. Bisalkah hidup saya sepertinya? Banyak menghasilkan karya abadi yang mencerahkan orang lain? Menulis sebagai sebuah perjalanan spiritual ?

Entah kenapa saya memang nyaman bergaul dengan buku daripada dengan yang lain. Karenanya berbagai inspirasi hidup sering saya temukan dari buku. Dengan buku saya bisa bertanya apapun. Dengan buku saya bisa mendapatkan cerita yang beraneka warna dan rasa. Dengan buku hidup saya menjadi indah.

Buku juga menjadi penyembuh saya saat sedang sakit sekarat. Sakit yang diakibatkan oleh masih sempitnya saya dalam memandang hidup ini. Sedikit demi sedikit buku membukakan pintu kebijakannya buat saya. Membuat saya bisa merasakan bahwa hidup tak sendiri. Masih banyak orang yang mau peduli.

Hari kedua belas Ramadhan ini saya berdo’a semoga Ia senantiasa memberikan hidayah. Menjadikan sepenuhnya ada dalam ridha-Nya. Terus berusaha untuk menjadi lebih baik lagi sampai saya menemuinya kelak. Saya mohon ampun atas segala kelalaian yang diperbuat. Semoga ia masih memberikan kesempatan untuk bisa memperbaiki kesalahan yang sudah dilakukan.

Saya berdo’a untuk penulis “Hingga Detak Jantungku Berhenti” yang saat ini sudah bertemu dengan-Nya. Semoga ia diampuni dosanya. Diterima amal ibadahnya. Karyanya menjadi amal jariyah tak terputus mengalir. Dua permata hati yang ditinggalkan menjadi generasi sholeh dan sholehah.

Ia adalah inspirasi buat saya. Saat Engkau memberikannya keterbatasan, ia tak menganggap itu sebuah keterbatasan. Langkahnya....karyanya...optimisme hidupnya melebihi manusia sehat seperti saya. Mengapa saya cengeng dan mengeluh pada saat terkena flu yang belum juga sembuh? Mengapa saya belum juga bersyukur dengan bekerja dan berkarya sebaik mungkin? Mengapa saya belum juga bisa memaknai hidup ini dengan selalu berpikiran positif.

Maafkan saya Rabb...berikan kekuatan dan ketabahan yang telah engkau berikan kepada Nurul F Huda untuk saya. Hanya Engkau yang mampu memberikannya untuk saya. Hingga Detak Jantungku Berhenti...saya tak ingin berhenti untuk menjadikan hidup ini terus bermakna dan menjadi lebih baik lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Aksi-Refleksi Bersama Bloom

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue