Secangkir Kopi Panas

Secercah cerah menghiasai maya pada
Semburat keemasan singgah di tepian rerumputan
Kilauan embun mempercantik suasana pagi
Termenung menatap secangkir kopi panas
Setelah berjibaku menunaikan pilihan hidup sebagai seorang ibu
Pilihan sadar yang membawa konsekuensi yang tak mudah
Sebagai proses mengamini hidup

Hmm…secangkir kopi panas ini tak boleh disia-siakan
Ia lah yang kadang menemani sela
Menemani letih yang berujung senyum
Mengingatkan pada sebuah kisah tentang sang perempuan.
Yang ingin menikmati secangkir kopi panas tanpa kecemasan
Sambil duduk bersama kolega membicarakan masa depan
Masa depan yang ramah buat perempuan

Secangkir kopi panas ini tak boleh disia-siakan
Satu hirupannya merasuki diri dengan sebuah semangat
Semangat kesyukuran meneruskan perjuangan sang perempuan
Menjadikan apa yang belum diraihnya menjadi sebuah kenyataan
Kenyataan yang mampu membuat siapapun tersenyum
Tersenyum dalam keharmonisan
Seluruh manusia dan alam

Secangkir kopi panas ini sekali lagi tak boleh disia-siakan
Ia hadir membangkitkan sebuah keharuan
Sebuah kasih ibu yang tak sempat menimang buah hati
Tak sempat melihat dunia yang terbuka untuk dinikmati para perempuan
Tak sempat menjalin relasi seimbang dalam indahnya mahligai
Akibat perangkap budaya yang membuat siapapun sesak
Terengah…hingga batas penentuan.

Secangkir kopi panas ini tinggal satu hirupan
Disambut oleh lambaian kelabu menghiasi langit
Menjadikan akhir perjalanan bagi segerombolan cucian di jemuran
Sebelum butiran permata berhamburan
Membawa berkah bagi kemanusiaan
Menjadi awal bagi kehidupan
Sang perempuan…saat ini kami sudah bisa menikmati secangkir kopi panas tanpa kecemasan.

Blue Diamond, 24 November 2009

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Aksi-Refleksi Bersama Bloom

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue