Perempuan, Keseimbangan, dan Filosofi Wu Wei

Selama lima hari mudik ke Rangkasbitung, saya melakukan jalan kaki rutin di pagi atau sore. Saya kadang sambil mendengarkan podcast. Podcast yang saat ini  menarik untuk didengarkan, diantaranya Abu Marlo, Arif RH dan Ngaji Roso. Nah, disela-sela podcast tersebut tiba-tiba terputarlah podcast tentang ajaran “Wu Wei”. Ajaran Wu Wei, yang berasal dari filsafat Taoisme, sering diterjemahkan sebagai “tidak bertindak” atau “tindakan tanpa usaha.” Sebelum mendengarkan dengan seksama, otak saya mulai mengkritisi. Bagaimana bisa meraih tujuan kalau tidak bertindak atau berusaha? Ini aneh gumam saya, tapi tetap saya dengarkan sampai ahir.



Tulisan ini adalah hasil saya mendengarkan podcast tentang Wu Wei dan pikiran saya tentang menerapkannya dalam keseharian.  Masih berupa teori dan pembicaraan sih, tapi paling tidak menuliskannya saja dulu, meski mungkin tindakan yang saya lakukan masih jauh dari ajaran ini.  

We Wei adalah seni bertindak tanpa melawan arus, menghormati keseimbangan alam, dan menghindari tindakan yang berlebihan atau memaksa. Tiap orang memiliki panggilan masing-masing dalam hidupnya. Hal ini menjadikan setiap orang itu unik. Meski satu keluarga, satu ayah dan ibu ternyata kecenderungannya berbeda. 

Seperti perbedaan saya dan adik laki-laki. Sejak usia kelas 4 SD adik laki-laki saya sudah  berani naik kereta dari Rangkasbitung ke Parungpanjang untuk membeli petasan yang akan dia jual kembali. Meski dilarang, bahkan dihukum Ayah, dia tetap melakukan usaha bisnisnya tersebut. Sedangkan saya kalau sudah membaca buku di kamar, maka akan seperti orang autis. Panggilan ibu dan apa yang terjadi di rumah saya tidak tahu. Kami tumbuh dengan bakat masing-masing. Saat ini adik sudah punya 3 perusahaan jaringan Internet dengan jumlah karyawan lebih dari 70 orang. Sedangkan saya kuliah sampai tingkat tertinggi dan merasa bahagia mengajar di Perguruan Tinggi. Saat seseorang dibiarkan tumbuh secara alami sesuai dengan bakatnya maka ia akan menemukan panggilan hidupnya. 

Saat bekerja, beraktifitas dan berorganisasi, saya merasa menghadapi tantangan besar untuk mengelola tanggung jawab publik sekaligus tanggung jawab domestik. Di saat saat tertentu kadang merasa burnout dan cemas apakah keluarga, pekerjaan dan organisasi bisa berjalan dengan baik?  Saya ingin memastikan bahwa setiap aspek kehidupan berjalan selaras, tanpa terlalu membebani diri sendiri atau mengorbankan keharmonisan keluarga. Ajaran Wu Wei yang saya simak mengajarkan bahwa harmoni dapat dicapai dengan menghormati ritme alami dan bertindak tanpa memaksakan diri.

Dalam menjalankan peran ganda ini, seorang perempuan dapat belajar mengamati tanpa menghakimi. Misalnya, ketika ada tugas organisasi yang mendesak, namun anak membutuhkan perhatian, Wu Wei mengajarkan untuk tidak panik atau merasa bersalah. Sebaliknya, kita bisa merenung sejenak, mengatur prioritas, dan bertindak dengan tenang. Pendekatan ini membantu kita tetap fokus dan tidak membiarkan tekanan dari berbagai arah mengganggu keseimbangan batin.

Konsep Wu Wei juga mendorong perempuan untuk memberi ruang pada dirinya sendiri dan orang lain untuk belajar dari pengalaman. Ketika seorang perempuan bekerja dan juga mengurus rumah tangga, sering kali muncul situasi di mana suami atau anggota keluarga lain melakukan tugas dengan cara yang berbeda dari harapan. Dalam semangat Wu Wei, perempuan diajarkan untuk menerima perbedaan tersebut tanpa mencoba mengontrol setiap detail. Jangan terlalu cerewet dan mengatur. Maka hal ini menciptakan lingkungan yang harmonis, di mana semua anggota keluarga merasa dihargai dan memiliki peran yang berarti.

Selain itu, dorongan yang lembut merupakan bagian penting dari Wu Wei. Dalam kehidupan sehari-hari, perempuan dapat mendorong anak-anak atau suami untuk berpartisipasi dalam tugas rumah tangga tanpa paksaan. Misalnya, dengan menciptakan suasana yang menyenangkan saat bekerja bersama di dapur atau membersihkan rumah, sehingga tugas-tugas tersebut terasa sebagai momen kebersamaan daripada beban.

Wu Wei juga mengajarkan untuk menghormati aliran waktu. Dalam konteks perempuan bekerja, ini berarti memahami bahwa ada waktu untuk berkarier dan ada waktu untuk keluarga. Tidak perlu memaksakan diri untuk mencapai semuanya dalam waktu yang bersamaan. Dengan membagi waktu secara bijaksana dan tidak tergesa-gesa, kita dapat menikmati setiap fase kehidupan dengan lebih bermakna. Tidak usah terburu-buru dan jangan mengukur perjalanan kita dengan orang lain. 

Dalam keseharian, perempuan yang menerapkan Wu Wei akan lebih memilih untuk berdialog dengan lembut daripada memberikan perintah tegas. Misalnya, ketika anak enggan membantu pekerjaan rumah, ibu bisa mengajak bicara dan menjelaskan manfaat dari bekerja sama dalam keluarga. Pendekatan ini tidak hanya menciptakan suasana yang harmonis, tetapi juga mengajarkan anak untuk bertanggung jawab secara sukarela.

Selain itu, perempuan yang bekerja dan aktif dalam organisasi dapat mempraktikkan Wu Wei dengan menerima keterbatasan mereka sendiri. Mereka tidak perlu berusaha menjadi sempurna dalam segala hal, melainkan fokus pada kualitas daripada kuantitas. Misalnya, daripada mencoba mengerjakan semua tugas sekaligus, mereka dapat mendelegasikan beberapa tanggung jawab kepada anggota keluarga atau rekan kerja.

Wu Wei mengajarkan kita pentingnya menjaga keseimbangan, baik dalam karier maupun kehidupan keluarga. Dengan tidak memaksakan diri dan tetap selaras dengan aliran alami kehidupan, perempuan dapat menjalani peran mereka dengan lebih bahagia dan penuh makna. Prinsip-prinsip ini, jika diterapkan dengan kesadaran penuh, akan membantu perempuan menciptakan kehidupan yang harmonis dan seimbang, di mana setiap aspek kehidupan mereka saling mendukung tanpa saling bertentangan.

Ah…dalilun…muhun wios Wallahu alam

Komentar