Mogok di Tengah Banjir: Refleksi tentang Kebaikan dan Peta Kesadaran

Magrib ini, motor saya mogok saat menerobos banjir. Saya merasa bingung dan cemas, tetapi seorang pengendara yang baik hati datang membantu. Dia menawarkan untuk menyimpan motor saya di tempat kerjanya agar aman. Karena dia juga seorang pengemudi ojek, dia bahkan mengantarkan saya pulang ke rumah. Ketika saya memberikan uang Rp50.000 sebagai ungkapan terima kasih, dia awalnya menolak karena merasa itu terlalu besar. Namun, setelah saya mengatakan bahwa uang tersebut juga untuk membantu saya ke bengkel keesokan harinya, dia akhirnya menerimanya dengan tulus. Pengalaman ini membuat saya menyadari betapa indahnya interaksi manusia yang dilandasi oleh ketulusan dan rasa syukur.

David R. Hawkins, seorang psikolog dan peneliti, mengembangkan konsep Peta Kesadaran yang menggambarkan berbagai tingkatan kesadaran manusia berdasarkan emosi, pikiran, dan pola perilaku. Peta ini dimulai dari tingkat energi rendah seperti rasa malu dan rasa bersalah hingga mencapai frekuensi tertinggi seperti pencerahan. Dengan memaknai pengalaman hidup saya melalui perspektif ini, saya mencoba memahami diri saya. 


Pengalaman mendapatkan pertolongan dan bersyukur

Kejadian mogok motor di tengah banjir dan mendapatkan pertolongan ini adalah cerminan interaksi manusia yang sarat makna. Ketika pengendara ojek itu menolak uang saya yang dianggap terlalu besar sebagai imbalan, saya melihat contoh tingkat kesadaran yang berada pada wilayah kasih sayang (love) atau bahkan penerimaan (acceptance). Di sisi lain, ketika saya tetap berusaha menyampaikan rasa terima kasih melalui shodaqoh, itu mencerminkan niat saya untuk menginternalisasi kebajikan pada tingkat kesadaran syukur (gratitude).

Dalam Peta Kesadaran Hawkins, syukur memiliki frekuensi yang tinggi dan merupakan bagian dari tingkat yang lebih tinggi seperti kasih sayang dan kegembiraan. Dengan mencoba bersyukur, saya tidak hanya merasakan emosi positif, tetapi juga menyebarkan energi positif kepada orang lain. Melalui pengalaman ini, saya belajar bahwa berbagi bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang menciptakan hubungan yang tulus dan bermakna.

Hari ini  saya mengunjungi tujuh tempat berbeda: mulai pagi hari di kampus pascasarjana, kemudian berkunjung ke  rumah Bu Yeni. Setelah shalat duhur  di rumahnya, saya kembali ke pasacasarjana. Setelah itu saya pergí menengok ibu teman yang sakit namun sebelumnya mengunjungi rumah makan. Setelah ikut shalat ashar di rumah teman saya menuju cafe tedja dan counter ponsel. Perjalanan ini cukup menguras fisik saya memang. Namun, saat saya merefleksikan kejadian hari ini, saya sadar bahwa meskipun tubuh terasa lelah, ada kepuasan hati yang mendalam karena dapat menyelesaikan semua tugas dengan baik.

Dalam teori Hawkins, ini dapat dikaitkan dengan tingkat keberanian (courage), di mana saya mulai mengambil tanggung jawab atas hidup saya dan berusaha untuk melakukan yang terbaik meskipun menghadapi kelelahan. Kelelahan fisik yang saya alami menjadi pengingat akan pentingnya menjaga pola hidup sehat. Usaha untuk menerapkan pola makan proporsional, pernapasan yang teratur, dan tidur yang berkualitas mencerminkan kesadaran untuk menjaga tubuh sebagai alat yang mendukung perjalanan spiritual. Pada tingkat yang lebih tinggi, ini menunjukkan upaya saya untuk mendekati tingkat netralitas (neutrality) dan penerimaan, di mana saya tidak lagi berfokus pada konflik internal, tetapi lebih pada keseimbangan.

Emosi Positif dan Frekuensi Tinggi

Saya menyadari pentingnya mendominasi pikiran, perasaan, dan emosi saya dengan wilayah frekuensi positif. Ini adalah langkah menuju tingkat kesadaran yang lebih tinggi seperti cinta, kedamaian, dan pencerahan. Dalam Peta Kesadaran Hawkins, emosi-emosi positif ini menciptakan kondisi internal yang mendukung kehidupan yang bermakna dan bahagia.

Contoh konkret dari emosi positif ini adalah rasa syukur yang muncul dari kesempatan untuk bershodaqoh. Ketika saya memberikan sesuatu kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan, saya merasa memancarkan energi kasih sayang (love) yang mampu meningkatkan frekuensi diri saya sendiri sekaligus orang lain. Rasa syukur ini juga memperkuat hubungan spiritual saya dengan Sang Pencipta, menciptakan perasaan damai yang mendalam.

Saya menyadari pentingnya bershodaqoh sebagai cara untuk membenarkan perintah Allah. Dalam konteks ini, tindakan berbagi tidak hanya memenuhi kebutuhan spiritual saya, tetapi juga membantu saya naik ke tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Peta Kesadaran Hawkins mengajarkan bahwa pada tingkat yang lebih tinggi seperti cinta dan kegembiraan, seseorang mulai melihat kehidupan sebagai peluang untuk berbagi, melayani, dan menciptakan dampak positif.

Lebih jauh, saya juga sadar akan keterbatasan usia dan pentingnya memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan yang terbaik. Dalam Peta Kesadaran, ini berkaitan dengan tingkat penerimaan (acceptance), di mana saya menerima kondisi kehidupan apa adanya tanpa perlawanan atau penyesalan yang berlebihan. Dengan penerimaan, saya dapat fokus pada tindakan yang bermakna dan membawa manfaat.

Melalui refleksi pengalaman sehari-hari yang sederhana, saya ingin menemukan pelajaran mendalam tentang kehidupan. Dalam teori Peta Kesadaran Hawkins, setiap tindakan yang dilandasi niat baik dan emosi positif memiliki potensi untuk meningkatkan frekuensi kesadaran saya. Dengan bersyukur, berbagi, dan menjaga keseimbangan hidup, saya percaya dapat meraih kehidupan yang lebih bermakna, bahagia, dan penuh berkah.

Bismillah...

Tubuh saya tadi terasa lelah, selesai menulis saya menjadi lega dan entah bagaimana ceritanya tubuh saya menjadi rileks dan segar. 

Alhamdulillah

Blue Diamond 14 January 2025

Komentar