Pernahkah Anda dikucilkan hanya karena dianggap bukan bagian dari sebuah kelompok? Atau bisa jadi Anda dikucilkan dalam sebuah kelompok karena berbeda pendapat dengan kebanyakan orang yang ada dalam kelompok tersebut? Apa pun yang Anda sampaikan, kebaikan apa pun yang dilakukan, bahkan prestasi apa pun yang diraih dianggap tidak berarti. Sikap tidak adil dan tidak proporsional ini muncul dari pola pikir yang menyebabkan emosi tidak terkontrol.
Dalam banyak kasus, termasuk contoh di atas, emosi yang tidak terkontrol mendorong kita untuk terjebak dalam pola pikir yang salah, seperti "motivated reasoning" dan "confirmation bias". Dua fenomena ini sering kali menghalangi kita untuk bersikap adil dan proporsional dalam menilai suatu hal, terutama dalam isu-isu kontroversial.
Apa Itu Motivated Reasoning dan Confirmation Bias?
Motivated reasoning adalah kecenderungan seseorang untuk memproses informasi dengan cara yang mendukung apa yang sudah mereka yakini sebelumnya. Dalam proses ini, individu secara tidak sadar memprioritaskan informasi yang sejalan dengan pandangan mereka dan menolak informasi yang bertentangan. Sebaliknya, confirmation bias adalah fenomena di mana seseorang lebih cenderung mencari, mempercayai, dan mengingat informasi yang mendukung keyakinannya, sekaligus mengabaikan atau meremehkan informasi yang berlawanan.
Kedua pola pikir ini dapat bekerja bersama, memperkuat keyakinan seseorang tanpa memberikan ruang untuk pandangan alternatif. Misalnya, seseorang yang sudah memihak kelompok tertentu, partai politik tertentu, atau bahkan agama tertentu, akan cenderung melihat segala sesuatu yang dilakukan oleh "pihak lawan" sebagai salah. Bahkan jika pihak lawan tersebut melakukan sesuatu yang sebenarnya netral atau positif, hal itu tetap akan diinterpretasikan sebagai hal negatif. Inilah kehebatan otak manusia: ia dapat menemukan ribuan alasan rasional untuk mendukung keyakinan kita, meskipun alasan tersebut sebenarnya tidak berdasar.
Mengapa Motivated Reasoning dan Confirmation Bias Berbahaya?
Bahaya terbesar dari motivated reasoning dan confirmation bias adalah hilangnya kemampuan untuk bersikap adil dan objektif. Ketika hati sudah dikuasai oleh rasa cinta atau benci yang berlebihan terhadap sesuatu, seseorang akan cenderung meyakini kebenaran segala opini yang mendukung sikapnya, sekaligus menolak semua argumentasi yang berlawanan. Akibatnya, keputusan yang diambil sering kali tidak rasional, tidak proporsional, dan bahkan merugikan diri sendiri atau orang lain.
Dalam konteks masyarakat yang semakin terpolarisasi, fenomena ini menjadi semakin meresahkan. Perdebatan politik, konflik antar kelompok, hingga perselisihan di media sosial sering kali bukan lagi tentang mencari kebenaran, tetapi tentang memperkuat posisi masing-masing. Dalam situasi seperti ini, fakta objektif sering kali diabaikan, sementara narasi emosional yang mendukung keyakinan kelompok tertentu justru dijadikan pegangan.
Fenomena ini dapat ditemukan di berbagai aspek kehidupan. Dalam dunia politik, misalnya, pendukung suatu partai akan dengan mudah menemukan alasan untuk membenarkan semua kebijakan pemimpin mereka, sekalipun kebijakan tersebut jelas-jelas memiliki kelemahan. Sebaliknya, segala kebijakan dari pihak lawan akan dianggap buruk, bahkan jika kebijakan tersebut sebenarnya baik.
Di bidang agama, motivated reasoning sering kali membuat seseorang menjadi fanatik terhadap mazhab tertentu, sehingga menganggap mazhab lain sebagai sesat. Hal serupa juga terjadi dalam dunia olahraga, di mana pendukung fanatik suatu klub sepak bola sering kali menolak untuk mengakui kehebatan tim lawan, bahkan ketika tim lawan tersebut menunjukkan permainan yang jauh lebih baik.
Bagaimana Menghindari Motivated Reasoning dan Confirmation Bias?
Meskipun fenomena ini sangat umum terjadi, bukan berarti kita tidak bisa menghindarinya. Berikut beberapa langkah yang dapat membantu kita untuk tetap memiliki penilaian yang jernih:
Pertama sadari bias anda. Langkah pertama untuk menghindari motivated reasoning dan confirmation bias adalah dengan menyadari bahwa kita semua rentan terhadap pola pikir ini. Kesadaran ini akan membantu kita untuk lebih berhati-hati dalam memproses informasi.
Kedua latih empati. Cobalah untuk melihat suatu masalah dari sudut pandang orang lain, terutama mereka yang memiliki pandangan berbeda. Latihan ini tidak hanya akan memperluas perspektif kita, tetapi juga membantu kita untuk lebih memahami alasan di balik keyakinan orang lain.
Ketiga cari informasi dari berbagai sumber. Hindari hanya mengandalkan satu sumber informasi, terutama yang cenderung berpihak. Sebaliknya, usahakan untuk mencari informasi dari berbagai sudut pandang agar mendapatkan gambaran yang lebih lengkap.
Keempat evaluasi fakta secara objektif. Ketika menghadapi informasi baru, cobalah untuk mengevaluasi fakta tersebut secara objektif, tanpa terpengaruh oleh emosi atau keyakinan pribadi. Pertanyakan keabsahan informasi tersebut dan bandingkan dengan data lain yang relevan.
Kelima jangan terburu-buru membuat Kesimpulan. Luangkan waktu untuk merenungkan suatu informasi sebelum mengambil kesimpulan. Kebiasaan ini akan membantu kita untuk menghindari keputusan yang didasarkan pada emosi semata.
Motivated reasoning dan confirmation bias merupakan dua fenomena psikologis yang dapat mengaburkan penilaian kita dalam berbagai situasi. Saat menjadi pihak yang menjadi korban dari dua fenomena ini, kita akan merasa kesal mungkin merasa terzalimi. Tapi tanpa sadar, bisa jadi kitapun menjadi pelaku. Karenanya paling tidak 5 tips menghindarinya bisa kita renungkan kemudian dipraktikan. Tak ada kata lelah untuk belajar kemudian mempraktikan. Semoga menjadi lebih baik dari versi diri kita sebelumnya.
Komentar
Posting Komentar