Di sebuah gerbong kereta yang sedang melaju, seorang perempuan duduk dengan tenang. Saat kereta berhenti di sebuah stasiun, seorang lelaki muda masuk dengan terburu-buru, membawa banyak barang bawaan. Dalam usahanya mencari tempat duduk, barang-barang yang dibawanya tanpa sengaja mengenai perempuan itu, hampir membuatnya terjatuh. Meski demikian, perempuan tersebut tetap tenang, bahkan memberikan senyum tulus kepada lelaki muda itu. Terkejut dengan reaksi perempuan tersebut, lelaki itu meminta maaf dan bertanya mengapa ia tidak merasa terganggu. Dengan bijak, perempuan itu menjawab, “Perjalanan ini begitu singkat, saya tidak ingin terganggu dengan sesuatu yang tidak bisa saya kendalikan.”
Cerita sederhana terkait perjalanan ini tak ubahnya seperti kehidupan kita. Kehidupan kita yang singkat menuju kematian. Saya teringat sebuah konsep memento mori. Konsep ini berasal dari sebuah frasa Latin yang berarti “ingatlah bahwa kamu akan mati.” Ini mengajarkan manusia untuk senantiasa mengingat kematian sebagai pengingat akan kefanaan hidup. Dalam menghadapi realitas bahwa kematian adalah suatu kepastian, memento mori mengajak kita untuk merenungkan apa yang benar-benar penting dalam hidup dan bagaimana kita ingin dikenang setelah kita tiada.
Memento Mori: Nasihat Terbaik dari KematianKematian, meski sering dianggap tabu dan menakutkan, adalah guru yang paling jujur. Ia mengajarkan bahwa hidup ini terbatas dan setiap momen yang kita miliki merupakan anugerah yang tidak akan terulang. Perjalanan kereta dalam cerita di atas menjadi alegori dari perjalanan hidup manusia. Sama seperti perjalanan kereta yang singkat, hidup manusia pun berlangsung dalam waktu yang terbatas. Tidak ada yang tahu kapan “stasiun terakhir” akan tiba. Oleh karena itu, memento mori mengingatkan kita untuk tidak menyia-nyiakan waktu dengan hal-hal yang tidak membawa makna.
Dalam konteks ini, perempuan dalam cerita tersebut menunjukkan bahwa ia memahami prinsip memento mori. Ia tidak membiarkan insiden kecil mengganggu kedamaian batinnya. Sebaliknya, ia memilih untuk bersikap bijak dan tetap tenang, menyadari bahwa kemarahan atas sesuatu yang di luar kendali hanya akan membuang waktu dan energi. Pilihannya untuk memberikan senyum tulus kepada lelaki muda itu mencerminkan sikap hidup yang berfokus pada kebesaran hati dan kedamaian, sesuatu yang lebih abadi dibandingkan reaksi emosional sesaat.
Memento mori juga mengingatkan bahwa kematian adalah cermin yang memantulkan esensi sejati kehidupan. Ketika seseorang dihadapkan pada kenyataan kematian, pertanyaan yang muncul bukanlah tentang apa yang telah ia kumpulkan dalam hidupnya, melainkan tentang bagaimana ia telah menjalani hidup itu. Apakah ia telah mencintai dengan sepenuh hati? Apakah ia telah memberikan kontribusi positif kepada dunia di sekitarnya? Apakah ia telah menjadi pribadi yang dikenang dengan kasih sayang dan penghormatan?
Dalam perjalanan hidup, manusia sering terjebak dalam kesibukan mengejar materi, status, dan kekuasaan. Namun, memento mori mengajarkan bahwa semua itu bersifat sementara. Ketika kematian datang, tidak ada harta benda yang dapat dibawa. Yang tertinggal hanyalah jejak yang kita tinggalkan di hati orang-orang yang pernah kita temui. Dalam hal ini, perempuan dalam cerita tadi memberikan contoh kecil namun bermakna tentang bagaimana ia ingin dikenang. Dengan menunjukkan empati dan kebaikan hati, ia menciptakan momen yang mungkin akan selalu diingat oleh lelaki muda itu.
Warisan yang Abadi: Bagaimana Kita Ingin Dikenang
Konsep memento mori menuntun kita untuk bertanya, “Bagaimana saya ingin dikenang?” Pertanyaan ini mengarahkan perhatian kita pada nilai-nilai dan prinsip yang kita pegang. Apakah kita ingin dikenang sebagai seseorang yang penuh kasih, rendah hati, dan membawa kebaikan? Ataukah kita ingin dikenang sebagai seseorang yang hanya mementingkan dirinya sendiri?
Jawaban atas pertanyaan ini tidak hanya memengaruhi cara kita menjalani hidup, tetapi juga dampak yang kita tinggalkan pada orang lain. Seperti batu yang dilemparkan ke danau, setiap tindakan kita menciptakan riak yang meluas. Sikap perempuan dalam cerita tadi, meski sederhana, menciptakan riak kebaikan yang bisa berdampak jauh. Tindakannya mengajarkan lelaki muda tersebut tentang pentingnya kesabaran, empati, dan ketenangan dalam menghadapi situasi sulit.
Untuk benar-benar menghidupi memento mori, kita perlu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu caranya adalah dengan menghargai setiap momen yang kita miliki. Ketika kita sadar bahwa waktu adalah sumber daya yang paling berharga, kita akan lebih bijak dalam menggunakannya. Kita akan lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan orang-orang yang kita cintai, melakukan hal-hal yang membawa kebahagiaan, dan meninggalkan hal-hal yang tidak memberikan makna.
Selain itu, memento mori mengajarkan kita untuk bersikap bijak dalam menghadapi tantangan hidup. Sama seperti perempuan dalam cerita tadi, kita diajak untuk tidak terlalu terpaku pada hal-hal kecil yang mengganggu. Sebaliknya, kita diajak untuk melihat gambaran besar dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.
Terakhir, memento mori mendorong kita untuk meninggalkan warisan yang baik. Ini bukan tentang warisan materi, tetapi tentang warisan berupa nilai-nilai, kenangan indah, dan dampak positif yang kita berikan kepada dunia. Kita mungkin tidak bisa mengontrol kapan kematian akan datang, tetapi kita bisa mengontrol bagaimana kita menjalani hidup sebelum itu terjadi.
Cerita tentang perempuan dan lelaki muda di dalam kereta adalah pengingat sederhana namun mendalam tentang pentingnya memento mori. Hidup ini, seperti perjalanan kereta, adalah perjalanan yang singkat. Dalam waktu yang terbatas ini, kita dihadapkan pada pilihan: apakah kita akan membiarkan hal-hal kecil mengganggu kita, ataukah kita akan menjalani hidup dengan penuh kesadaran, empati, dan kebijaksanaan?
Memento mori mengajarkan bahwa kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan sesuatu yang harus diterima sebagai bagian alami dari kehidupan. Dengan mengingat kematian, kita diajak untuk hidup dengan lebih bermakna. Bukan tentang apa yang kita kumpulkan, tetapi tentang bagaimana kita ingin dikenang. Akhirnya, seperti perempuan dalam cerita tadi, kita diingatkan untuk menjalani hidup dengan kebijaksanaan dan ketenangan, meninggalkan jejak kebaikan yang abadi di hati orang-orang di sekitar kita.
Blue Diamond 17 January 2025
Komentar
Posting Komentar