Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2025

Lima Pesan Kuat Max Havelaar: Refleksi, Perlawanan, dan Perubahan Sosial

Gambar
Multatuli, satu nama yang erat dalam ingatan masa kecil saya. Awalnya saya tahu nama ini merupakan nama SD tempat ibu saya mengajar. Namun selanjutnya nama inilah yang mengajak saya menjelajahi lautan ilmu pengetahuan. Ya, kedua tokoh yang ada dalam novel Max Havelaar yang di tulis Multatuli atau Eduard Douwes Dekker menjadi nama perpustakaan kota kami. Saijah dan Adinda itu namanya. Berbagai novel dan buku yang ada diperpustakaan ini menjadi gerbang pembuka dan mengantarkan saya sebagai seorang akademisi.   Novel Max Havelaar yang saya baca merupakan terbitan pertama pada tahun 1972 yang masih memakai ejaan  Van Ophuijsen . Dulu di SD membaca novel ya membaca saja. Kisah roman tragis Saijah dan Adinda saja yang mengesankan buat saya saat itu. Kembali membaca novel ini saat sudah di UIN Bandung  barulah sedikit memahami akar ketidakadilan yang pernah terjadi di tanah air, sekaligus mempelajari pentingnya melawan ketidakadilan dalam berbagai bentuk. Pemahaman saya ter...

Mengurai Harmoni Antaragama dalam Bajrangi Bhaijaan

Gambar
Masih dalam suasana libur awal tahun 2025. Saya membuka youtube dan mencari filem India. Filem India? Yang bener aja? Kalau Korea, China, Turki atau Hollywood sih mungkin biasa. Entah kenapa saya ingin menonton sesuatu yang berbeda kali ini. Dalam halaman pencarian di youtube, saya klik filem pertama yang direkomendasikan. Salman Khan dan Kareena Kapoor Khan tertulis sebagai pemeran, hal ini membuat saya penasaran. Semoga artis bagus filemnya juga bagus.   Film ini berjudul  Bajrangi Bhaijaan  yang dirilis pada tahun 2015. Kabir Khan menjadi sutradara filem ini yang memadukan elemen drama, komedi, dan nilai-nilai kemanusiaan. Selain dibintangi Salman Khan, Kareena Kapoor Khan, ada juga artis cilik Harshaali Malhotra yang baru saya kenal. Film ini menggambarkan perjalanan seorang pria Hindu bernama Pawan Kumar Chaturvedi, atau yang lebih dikenal sebagai Bajrangi, dalam mengembalikan seorang gadis kecil bisu bernama Shahida ke keluarganya di Pakistan. Shahida, yang berasal ...

Semangat Tak Kenal Usia: Inspirasi dari Lansia Aktif di PWRI dan Okinawa

Gambar
Makan siang pada 1 Januari 2025 ini terasa begitu istimewa. Saya berkesempatan untuk duduk bersama tujuh perempuan luar biasa yang tergabung dalam PWRI (Persatuan Wredatama Republik Indonesia). Mereka adalah sosok-sosok yang tidak hanya mendedikasikan hidup mereka untuk keluarga, tetapi juga untuk masyarakat dan negeri ini. Ibu saya menjadi tuan rumah, dan kami menikmati makan siang di kebun dan kolam di dekat rumah kami di Rangkasbitung. Kehangatan dan kebahagiaan terlihat di wajah mereka. Di balik tawa dan cerita, saya melihat sebuah pesan yang mendalam: betapa pentingnya tetap aktif di usia lanjut. Perempuan-perempuan ini menunjukkan kepada kita bahwa usia hanyalah angka. Mereka terus bergerak, berbagi, dan memberikan inspirasi. Kisah Inspiratif Para Lansia di PWRI Para perempuan yang hadir memiliki latar belakang profesi sebagai guru, dengan usia berkisar antara 65 hingga 74 tahun. Aktivitas mereka setelah pensiun beragam. Ada yang memilih mengurus tanaman, aktif dalam kegiatan pen...