Cicing di Imah

Terpat tiga minggu bekerja di rumah. Setelah pandemi korona menyebar di seluruh dunia. Sebuah musibah berjamaah yang menjadikan aktifitas sosial secara fisik bisa menjadi media virus tersebut menjangkiti manusia.

Sebelum pandemi ini hadir, lima bula ritme kerja saya di kampus cukup padat. Memulai kerja jam 7.30 pagi dan selesai kerja jam 16.00 sore. Bahkan seringnya saya pulang lebih dari itu karena rapat atau berbagai urusan yang memang harus segera diselesaikan terkait amanah yang baru saya emban.

Dua dari tiga anakku ada di pesantren. Sehingga ritme kerja yang padat cukup bisa diatasi. Si kecil yang tinggal di rumah bersama kami setelah sekolah TK kadang bermain di rumah Budenya atau di Day Care sekolahnya atau juga kami bawa ke kampus gantian. Tergantung kondisi dan kemauan putra kami. ,

Corona mengubah semuanya. Kami berlima kini berkumpul di rumah. Banyak waktu kami habiskan bersama. Tidak hanya sebagai dosen, kini saya bekerja sebagai juru masak, guru bimbel, guru TK dan berbagai pekerjaan rumah lainnya.

Perlu sekitar dua minggu bagi saya untuk bisa beradaptasi. Pekerjaan rumah sangat menyita energi dan pikiran. Tidak seperti sebelumnya dimana tinggal di rumah adalah hiburan bagi saya. Memasak dan melayani semua anggota keluarga adalah hal yang menyenangkan, karena selingan dari aktifitas kerja di kampus.

Sekarang rasa lelah dan jenuh mulai menghampiri, Dua minggu saya mencoba untuk bisa mengurus keluarga bekerjasama dengan suami, juga tetap beraktifitas mengajar Online. Bimbingan skripsi, sidang komprehensif, bimbingan tahfidz, sidang proposal skripsi, rapat pimpinan, berbagai pelatihan lainnya.


Saya keteteran, karena memang bukan tipe yang selalu online. Slow respon dengan berbagai hal yang membutuhkan respon segera. Dunia online memang mengganggu privasi sampai hal yang paling dasar. Tapi inilah yang harus dihadapi di masa musibah pandemi korona.

Minggu ketiga sudah mulai agak terbiasa. Sistem pembelajaran e-learning UIN Bandung sudah bisa diakses sehingga saya bisa menjalankan monitoring perkuliahan di jurusan AFI. Semua perkuliahan online kemarin sudah dilaporkan tiap kelas ke jurusan. Kami harus merekapnya karena media yang dipakai cukup beragam dan ini merepotkan. Dengan adanya pembelajaran e-learning ini, kami bisa mengawasi dengan baik karena sistem sudah mengabadikan apa yang sudah disampaikan tiap dosen.

Untuk pekerjaan rumah, saya masih belum menemukan hal yang membuatnya menyenangkan dan efektif. Ini mungkin terkait diri saya yang terbiasa bekerja di kampus untuk belajar dan mengajar. Bahkan waktu sekolah pesantren dulu, bila di rumah saya sengaja membaca buku di kamar agar tidak diminta membantu ibu bekerja di dapur. Ibu saya seorang guru, sangat menghargai aktifitas anaknya belajar dan membaca buku sehingga tidak akan mengganggu. Sehingga meski saya sudah menjalani pernikahan hampir 19 tahun, tapi untuk urusan pekerjaan rumah masih belum klik.

Menulis di blog ini kembali saya lakukan untuk bisa berefleksi dan tetap menjaga kewarasan saya. Menorehkan jejak yang entah berarti atau pun tidak. Cicing di Imah membuat aktifitas fisik saya lebih banyak dari biasanya. Menerima apa adanya. Menjalani sebisa yang dilakukan. Mengamini hidup ini apapun yang terjadi.

Blue Diamond 3 April 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Aksi-Refleksi Bersama Bloom

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue