Hindari Sindrom Sangkuriang!
Sangkuriang
menendang perahu yang hampir selesai. Perahu yang akan dipakai mengarungi danau
buatannya bersama Dayang Sumbi sebagai syarat pernikahan mereka. Perahu ini
konon berubah menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Parahu. Kenapa
Sangkuriang menendang perahu tersebut? Ia jengkel tidak bisa menikah dengan
Dayang Sumbi karena ayam sudah berkokok dan ia tidak bisa membuat perahu dan
danau dalam waktu semalam.
Kisah
Sangkuriang ini kini banyak dikuti oleh berbagai kalangan. Mulai dari siswa,
mahasiswa, guru, dosen dan profesi lainnya yang menyelesaikan tugas dalam waktu
semalam. Istilah yang kadang suka dipakai ialah SKS (Sistem Kebut Semalam). Kali ini saya menyebutnya dengan Sindrom Sangkuriang.
Kenapa seseorang seringkali mengidap Sindrom Sangkuriang?
Sindrom
menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan himpunan gejala yang terjadi serentak
dan menandai ketidaknormalan tertentu. Ia biasanya terjadi berulang membentuk
pola yang sama dan dapat diidentifikasi. Sindrom Sangkuriang menurut saya
berupa gejala menunda mengerjakan tugas dengan berbagai alasan dan baru akan diselesaikan
dalam pada waktu yang mepet hehehe....
Kenapa
banyak orang mengidap Sindrom ini? Diantaranya adalah karena suka menunda-nunda
pekerjaan atau procrastination. Beberapa penyebab suka menunda-nunda pekerjaan
diantaranya karena pekerjaan tersebut belum dimengerti dengan baik apakah
karena kurangnya informasi yang kita miliki atau pekerjaan yang tidak sesuai
dengan minat kita. Selain itu menunda pekerjaan juga bisa terjadi karena
seseorang memiliki standar yang cukup sulit untuk diraih. Orang seperti ini
suka disebut sebagai perfectionis. Hal ini mengakibatkan menurunnya semangat
untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.
Hal
lain penyebab suka menunda nunda pekerjaan yang merupakan akar dari Sindrom
Sangkuriang ialah tidak memiliki kemampuan atau keterampilan dalam mengerjakan
sebuah tugas sehingga ingin menghindari tugas tersebut atau bahkan tidak
mengerjakannya sama sekali. Kecemasan juga bisa mengakibatkan seseorang menunda
nunda sebuah tugas. Pada saat kita mencoba sesuatu tugas baru, kita cenderung
berbuat kesalahan dan lambat dalam mengerjakannya. Hal ini bisa mengakibatkan
kita menghindarinya. Selain itu penilaian orang lain terhadap tugas yang kita
buat juga bisa membuat kita cemas dan pada ahirnya tidak mengerjakannya.
Pekerjaan
berupa tugas, mau tidak mau harus kita selesaikan juga. Menunda-nunda membuat
pekerjaan tersebut semakin sulit dan lama selesai. Muncul rasa cemas, hawatir
bahkan stress bisa melanda orang tersebut. Sangat menyesakan dada dan rasanya
sangat tidak enak. Seperti orang yang memiliki bisul bernanah. Kemanapun ia
pergi rasa sakit dan tidak nyaman selalu menemani. Solusinya hanya satu,
pecahkan bisulnya dan obati. Selesaikan
pekerjaan tersebut semampu yang bisa kita lakukan.
Agar
terhindar dari Sindrom Sangkuriang maka kita harus menghindari menunda nunda
pekerjaan. Beberapa hal yang bisa kita lakukan diantaranya: Pertama kita memfokuskan pada satu hal
yang harus dilakukan cepat dengan membuat komitmen tenggang waktunya. Tugas
yang besar kita bagi bagi pada pekerjaan pekerjaan kecil yang bisa kita
lakukan. Kedua mulai sekarang juga. Apa
yang bisa kita lakukan untuk pekerjaan tersebut maka lakukan saja. Ketiga ialah lima menit ajaib, sekali
kita memulai sesuatu kita lebih mungkin menyelesaikannya. Meski mungkin yang
baru kita lakukan adalah mengidentifikasi masalah kenapa kita belum juga
mengerjakan tugas tersebut. Mengidentifikasi
ketakutan bisa membantu seseorang menyadari bahwa yang ditakutkan tak seburuk
yang dipikirkan.
Keempat andalkan jam produktif. Jam produktif
adalah waktu dimana kita bisa berfikir dengan jernih dan bisa menyelesaikan pekerjaan
kita. Ada yang memiliki jam produktif malam hari setelah semua anggota keluarga
beristirahat sehingga bebas dari gangguan ini biasanya dimiliki ibu-ibu. Ada
yang memiliki jam produktif setelah shalat subuh, atau bahkan ada yang memiliki
jam produktif di pagi hari, tinggal disesuaikan saja sesuai dengan ritme hidup
kita masing-masing. Kelima lepaskan
beberapa hal dengan membuat daftar agar yang dilakukan hanya tugas yang benar
benar harus dilakukan. Misalnya saat kita mulai mengetik, tiba tiba terlihat
notifikasi email atau pesan di medsos. Kita berusaha menjawabnya segera padahal
bisa jadi mengalihkan perhatian dan membuat pekerjaan yang kita lakukan semakin
lama selesai. Abaikan dulu itu semua kecuali panggilan telfon yang biasanya
dilakukan seseorang untuk kondisi yang sangat penting.
Keenam kita memaafkan penundaan yang dilakukan
dimasa lalu. Penundaan di masa lalu bisa memunculkan perasaan bersalah pada
diri. Sehingga kita tidak yakin bahwa kita mampu berubah ke arah lebih baik
dengan menjadi orang yang lebih bertanggung jawab. Bahkan lebih parah bisa
menguras energi saat ini dan membuat kita stuck
(berhenti) melakukan sesuatu karena tidak percaya pada diri sendiri. Yang terahir
atau ketujuh kita jadikan proses menyelesaikan
tugas tersebut jadi menyenangkan. Dengan diawali pikiran bahwa kita bisa mengerjakannya.
Dalam prosesnya kita bisa minta teman dekat kita, atau bisa pasangan atau anak
kita untuk memiliki janji bahwa kalau tidak bisa mengerjakannya kita akan
mentraktir mereka, atau mengerjakan tugas disuasana dan lokassi yang berbeda,
atau sesuatu hal yang menyenangkan lainnya pokoknya apapun itu yang terpenting
mengerjakan tugas dengan menyenangkan.
Ketujuh
formula di atas bisa jadi berpengaruh baik bagi sebagian orang bisa juga tidak.
Nah bagi yang memang tidak bisa dan masih suka melakukan Sindrom Sangkuriang
dengan mengerjakan tugas selalu sistem kebut satu malam, maka ada hal lain yang
bisa kita lakukan. Pada saat terdesak atau kepepet, maka adrenalin kita
melonjak tinggi. Jantung berdetak lebih cepat dan biasanya panca indra bisa
jadi lebih awas. Untuk melonjakan adrenalin ini kita bisa mengkondisikan
pikiran kita bahwa bila tidak selesai tugas tersebut maka akan ada bahaya yang
kita hadapi. Apakah berupa murka guru dan dosen sehingga nilai tidak keluar dan
tidak lulus, tulisan yang sudah lelah ditulis tidak bisa dimuat karena melewati
deadline, dilaporkan pada yang berwajib, uang tidak cair dan berhadapan dengan
debt kolektor, uang dapur tidak ada sehingga anak-anak tidak bisa makan dan
sekolah. Pokoknya hal apapun yang bisa membuat adrenalin kita melonjak naik dan
membuat kita mau tidak mau mengerjakan tugas tersebut. Tapi Alangkah lelahnya
bila Sindrom Sangkuriang ini menjadi sebuah kebiasaan. Kita bisa cepat tua dan
tidak bisa menjalani hidup ini dengan bahagia. Jadi...katakan tidak pada Sindrom
Sangkuriang yuuk
Note: Thanks to teh Irma atas obrolannya sepanjang bis menuju ACRP Diktis 18-19 juli 2018
Komentar
Posting Komentar