Insiden Kamis Sore

Dinding depan rumah terlihat tak utuh lagi. Temboknya sedikit hancur dan plester semennya berguguran. Kerusakannya tidak besar memang, mungkin lebarnya sekitar 7 cm panjangnya 15 cm. Kerusakan itu terjadi akibat ulah saya. Saya belum bisa memarkirkan mobil dengan baik. Kejadian ini terjadi sore kemarin.

Tidak hanya temboknya sebenarnya, bemper depan mobil juga ada yang retak dan sedikit goresan. Kalau melihat mobil dan tembok rumah yang rusak, sebenarnya saya tidak hawatir. Toh keduanya hanya materi yang tidak akan saya simpan di hati. Namun yang agak menghawatirkan saya adalah hati saya dan suami.

Akibat kejadian itu dia bereaksi menasihati saya dan mengatakan bahwa saya masih membutuhkan dia. Saya sudah menyetir tanpa izin darinya. Sebelum dia memberikan lampu hijau untuk saya nyetir sendiri jangan pernah saya melakukannya. Dia bilang saya tidak mentaatinya dan inilah akibat dari perbuatan saya.

Saat dia berkata seperti itu, saya hanya bilang bahwa saya akan bertanggung jawab dengan semua kerusakan. Jangan sampai hanya karena masalah duniawi menjadikan relasi saya dan dia menjadi tidak enak. Tolong izinkan saya untuk lebih sering memyetir sendiri. Agar saya bisa terlatih dan aman mengemudikannya. Dia tidak terlalu banyak berkata cuma berpesan agar saya selalu hati-hati.

Obrolan kami setelah insiden itu membuat hati saya tak enak. Terus terang kenapa saya kemarin menyetir sendiri?, karena saya kesal sudah hampir 4 bulan selalu tidak diperbolehkan menyetir sendirian. Padahal mobil itu saya beli dari keringat saya sendiri. Selalu menunggunya mengawasi dan mengajari saya, padahal agenda kita padat dan jarang singkron. Ahirnya saya jarang latihan.

Kekesalan ini sebenarnya sudah saya pendam semenjak dia melarang saya kursus nyetir. Berbagai alasan dikemukakannya mulai dari nanti berdua-duaan saja dengan instruktur yang laki-laki. Instruktur nyetir kadang suka cari kesempatan pegang-pegang saat oper gigi. Saya menurutinya dan mengikuti semua saran-sarannya.

Belajar nyetir selama 4 bulan dengannya di awal-awal membuat saya tekanan batin. Selain dia sangat cerewet, kadang intruksinya malah membingungkan. Terkadang malah show kemampuan bahwa dialah yang bisa sedangkan saya tidak bisa (ini cuma perasaan saya aja kali?) Pokoknya rasa sayang dan kekhawatirannya membuat saya tidak berkembang. Sempat saya kemukakan hal ini dan dia mengubah gaya ngajarnya. Tapi tetap harus selalu menunggu waktu luang yang dia punya, padahal di awal semester ini dia mengajar di tiga perguruan tinggi, kapan waktu untuk melatih saya?

Kemarin saya nyetir sendiri, berkeliling-keliling komplek dan komplek tetangga. Nyaman rasanya....saya seolah merasa merdeka. Ternyata saya bisa, bahkan bisa bulak-balik kampus sendiri. Hanya satu kesalahannya saya nekad memasukan mobil ke depan rumah padahal lokasinya sempit dan membutuhkan jam terbang yang cukup untuk itu. Sebenarnya saya juga mau menyimpan mobil tersebut di samping rumah saja, namun karena merasa lancar saya kebablasan.

Sebelum menikah suami saya adalah guru kursus TOEFL. Kursus ini saya masuki karena saya berencana studi di luar negri. Ternyata saya malah dilamar dia dan semua impian untuk studi keluar mesti saya simpan dulu atau digantikan dengan hal lain. Saya mengamini takdir ini. Tak ada yang saya sesali sama sekali. Karena dia guru saya, banyak pelajaran kehidupan yang saya tidak tau saya dapatkan darinya. Sebagai guru dia juga selalu menggunakan metode pendidikan orang dewasa yang menganggap murid subjek dan setara dengannya.

Dari responnya kemarin yang tidak banyak bicara, saya tau dia menyayangi saya. Dia tau saya kaget. Sepertinya tidak ingin memperburuk perasaan saya dengan berkata lebih lanjut. Sehingga kata-kata yang keluar adalah pesan agar saya berhati-hati. Ya...ini cuma kejadian kecil yang harus saya alami saat belajar sesuatu. Dari kejadian ini, dia jadi tau bahwa sebenarnya saya tidak sabar. Diam dan tenangnya saya selama ini karena berusaha menghormati dan menghargainya namun ternyata tidak membuat kemampuan nyetir saya berkembang. Kepercayaan darinya sangat saya harapkan. Semoga...Rabb...sentuh jiwanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Aksi-Refleksi Bersama Bloom

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue