Selera Udik
Berkeliling Jawa Barat adalah aktivitas yang belakangan ini sering saya lakukan. Ini terkait dengan pekerjaan baru di P2TP2A Provinsi Jawa Barat yang mengkordinasi 26 kota/kabupaten terkait perlindungan perempuan dan anak. Irama hidup seperti ini baru saja kembali saya lakukan setelah lama bekerja dibalik komputer, papan tulis dan perempuan sekitar tempat tinggal.
Dulu saat mahasiswa saya memang juga memiliki mobilitas yang cukup tinggi, namun karena masih gadis jadi semua itu dilalui dengan happy and fun. Saat ini pun tetep happy and fun sih...cuma dengan persiapan yang sangat matang bila hendak bepergian karena sudah ada keluarga yaitu anak-anak dan suami yang harus diperhatikan.
Saat berkunjung ke berbagai wilayah di Jawa Barat tentunya saya juga berkenalan dengan berbagai macam kuliner yang ada. Menjelajahi restoran dari kaki lima sampai hotel bintang lima. Beberapa kali saya tidak menikmati kuliner yang disajikan. Kenapa bisa terjadi? karena kadang kami memesan menu andalan restoran tersebut untuk dicicipi yang ternyata asing untuk lidah saya. Selain memesan juga kadang kami dijamu oleh pemerintah daerah setempat yang ingin menyajikan makanan yang menurut mereka merupakan khas daerah tersebut.
Saya memang termasuk orang yang konservatif dalam makanan. Kurang suka dengan makanan yang berbumbu kuat, bersantan, ataupun berminyak. Apalagi dengan makanan impor seperti pizza, hamburger dan makanan olahan lain yang dari dahulu saya memang tidak menyukainya. Selama ini saya menyukai segala hal yang direbus, sayur yang bening dan masakan yang berbumbu minus. Mungkin karena selera seperti inilah masakan saya tidak disukai oleh keluarga besar dan tidak diizinkan untuk memasak kalau ada kumpul keluarga.
Hmm... selera udik saya terhadap makanan membuat saya tidak menikmati kuliner yang disajikan. Beberapa kali saya coba paksakan lidah untuk menikmati layaknya orang lain. Tetapi sulit...dan biarlah saya memilih menu standar yang kadang mungkin ditertawakan karena udik dan kampung. Sekali lagi yang penting SEHAT
Dulu saat mahasiswa saya memang juga memiliki mobilitas yang cukup tinggi, namun karena masih gadis jadi semua itu dilalui dengan happy and fun. Saat ini pun tetep happy and fun sih...cuma dengan persiapan yang sangat matang bila hendak bepergian karena sudah ada keluarga yaitu anak-anak dan suami yang harus diperhatikan.
Saat berkunjung ke berbagai wilayah di Jawa Barat tentunya saya juga berkenalan dengan berbagai macam kuliner yang ada. Menjelajahi restoran dari kaki lima sampai hotel bintang lima. Beberapa kali saya tidak menikmati kuliner yang disajikan. Kenapa bisa terjadi? karena kadang kami memesan menu andalan restoran tersebut untuk dicicipi yang ternyata asing untuk lidah saya. Selain memesan juga kadang kami dijamu oleh pemerintah daerah setempat yang ingin menyajikan makanan yang menurut mereka merupakan khas daerah tersebut.
Saya memang termasuk orang yang konservatif dalam makanan. Kurang suka dengan makanan yang berbumbu kuat, bersantan, ataupun berminyak. Apalagi dengan makanan impor seperti pizza, hamburger dan makanan olahan lain yang dari dahulu saya memang tidak menyukainya. Selama ini saya menyukai segala hal yang direbus, sayur yang bening dan masakan yang berbumbu minus. Mungkin karena selera seperti inilah masakan saya tidak disukai oleh keluarga besar dan tidak diizinkan untuk memasak kalau ada kumpul keluarga.
Hmm... selera udik saya terhadap makanan membuat saya tidak menikmati kuliner yang disajikan. Beberapa kali saya coba paksakan lidah untuk menikmati layaknya orang lain. Tetapi sulit...dan biarlah saya memilih menu standar yang kadang mungkin ditertawakan karena udik dan kampung. Sekali lagi yang penting SEHAT
Komentar
Posting Komentar